Sabtu, 12 Desember 2015

Pendataan dan Validasi Realisasi 8355 di SMPN 66 Jakarta

Pendataan dan Validasi Realisasi 8355 di SMPN 66 Jakarta
Dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama
Teach For Indonesia





Kelas   : LA01
Dosen  : D3324 Silverius Constantino Johanes Maria Lake, M.Hum.
Waktu  : Selasa, 8 Desember 2015
Pukul    : 10.30 – 13.00 WIB
Lokasi : SMPN 66 Jakarta

Tim yang hadir:
Ketua   : Linda, Ong / 1701313870
Anggota:
1. Erwin Siswanto / 1701315125
2. Go, Michael Christandi B. / 1701309500
3. Ice Suryadi / 1701314210
4. Stevanus Haryono / 1701359360
5. Alvin Christianto Hadi / 1701314816
6. Jessica Setyani Wiwoho / 1701309740
7. Herman / 1701360381

Tim yang tidak hadir: -

Foto bersama Bapak Kepala Sekolah dan Operator Sekolah
Stevanus-Herman-Linda-Go, Michael-Erwin-Alvin-Jessica-Ice

ISI
a. Teori mata kuliah Character Building yang diajarkan di kelas
            Bertens (1997:6) mengemukakan bahwa etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Berikut merupakan perbedaan antara etika dan etiket:
  • Etiket berkenaan dnegan cara suatu perbuatan dilakukan, sedangkan etika berhubungan dengan masalah apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan. Contoh etiket adalah cara menyajikan makanan, cara makan, cara berbicara, dll. Contoh etika adalah tidak boleh menyajikan makanan yang sudah kadaluarsa, tidak makan makanan orang lain, dll.
  • Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika berlaku baik ada orang lain maupun tidak.
  • Etiket bersifat relatif-partikular, berlaku berbeda dari satu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Sedangkan etika bersifat absolute-universal.
  • Etiket mengatur perilaku manusia secara lahiriah, seperti bagaimana berpenampilan di depan umum. Sedangkan etika lebih menyangkut penampilan rohaniah atau batiniah.
         Berikut merupakan beberapa teori etika :
  • Utilitarianisme. Suatu perbuatan dapat dikategorikan baik secara etis, bila perbuatan tersebut membawa manfaat.
  • Duty-based ethics. Suatu perbuatan diakui sebagai perbuatan baik menurut eetika deontology karena perbuatan tersebut diwajibkan untuk dilakukan, dan perbuatan yang lainnya dilarang.
  • Teori hak. Tindakan yang etis merupakan bentuk kesadaran yang dimiliki oleh seseorang bahwa tiap individu memiliki hak yang sama.
  • Teori Keutamaan. Teori keutamaan memperhatikan sikap atau akhlak seseorang, watak yang diperoleh seseorang memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Bertens menyimpulkan bahwa seseorang adalah orang baik, jika ia memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan.
         Menurut Bertens, kelompok profesi selalu memiliki kemungkinan untuk menyalahgunakannya, oleh sebab itu diperlukan kode etik. Kode etik profesi berfungsi untuk mengatur perilaku para anggota seprofesi serta memelihara kepercayaan masyarakat. Kode etik profesi pada dasarnya merupakan salah satu produk etika terapan. Profesi merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber utama nafkah hidup, dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam. Sedangkan orang yang bekerja berdasarkan cirri-ciri profesi tersebut disebut professional. 
Menurut Koehn, ada 5 ciri yang harus dipenuhi oleh para professional :
  • Para professional adalah orang yang mendapat ijin dari negara untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
  • Menjadi anggota organisasi pelaku-pelaku yang sama-sama mempunyai hak suara dan menyebarluaskan standard dan/atau cita-cita perilaku dan yang saling mendisiplinkan karena melanggar standar itu.
  • Memiliki pengetahuan atau kecakapakn “esoteric” yang tidak dimiliki oleh anggota-anggota masyarakat yang lain.
  • Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaan mereka, dan pekerjaan itu tidak amat dimengerti oleh masyarakat yang lebih luas.
  • Secara public dimuka umum yang mengucapkan janji untuk memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan dan akibatnya mempunyai tanggung jawab dan tugas khusus.
            Keraf (2005:36), Gea dan Wulandari mengemukakan bahwa profesi memiliki ciri-ciri:
            - Adanya pengetahuan khusus.
            - Adanya kaidah dan standar moral yang tinggi.
            - Para professional mengabdi pada kepentingan masyarakat.
            - Memerlukan ijin khusus.
            - Menjadi anggota dari suatu organisasi tertentu.

b. Persiapan dan pembelajaran yang diterapkan dari materi yang diterima di kelas.
            Persiapan yang dilakukan:
-    Meminta izin dan menanyakan apakah kepala sekolah dan operator sekolah berada di tempat dengan cara menelpon ke sekolah tersebut.
-         Menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan seperti berkas fisik data 8355 yang diberikan dari Teach For Indonesia, formulir validasi pendidikan dan formulir evaluasi kegiatan.
-         Berangkat dari SDN Jatipulo 05 Pagi pukul 10.30. 

Pembelajaran yang diterapkan dari materi yang diterima di kelas:
-       Sebagai seorang yang beretika dan seorang yang memiliki peran dan profesi di masyarakat, sudah selayaknya seorang karyawan, dalam hal ini subjek adalah guru dan operator sekolah, untuk melaksanakan tugasnya dengan benar dan secara profesional.
-    Penulis dan rekan-rekan menerapkan teori etiket di masyarakat, contoh kecilnya adalah bagiamana penulis berpenampilan dan meminta izin secara baik dan etis kepada sekolah.

c. Metode pengajaran yang diterapkan
            Aktivitas yang dilakukan tidak berkaitan dengan metode pengajaran.

d. Bukti melakukan pengisian di google docs terhadap entry data yang didapatkan dari
     lapangan.
            Terdapat 1 perbedaan data yang diberikan dari dinas melalui Teach For Indonsia dengan data yang diberikan dari sekolah. 1 perbedaan data ini disebabkan karena adanya siswa yang mengundurkan diri dan adanya siswa yang tidak naik kelas.


e. Pengukuran kinerja yang sudah dilakukan.
            Dari penilaian internal penulis dan rekan-rekan, setiap anggota sudah cukup berinisiatif dalam meminta informasi, berkomunikasi dengan pihak luar dengan sopan dan disiplin terhadap tugas masing-masing.

PENUTUP
a.       Hasil pengecekan data 8355 dan Validasi Pendidikan
Penulis dan rekan-rekan berangkat menuju SMPN 66 Jakarta dari SDN Jatipulo 5 Pagi pada pukul 10.30 WIB menggunakan aplikasi Grab Car. Setibanya di SMPN 66 Jakarta, penulis dan rekan-rekan meminta izin untuk bertemu dengan Kepala Sekolah SMPN 66 Jakarta agar mengizinkan penulis dan rekan-rekan melaksanakan kegiatan hari itu, yaitu melakukan verifikasi data 8355. Kepala Sekolah saat itu menyambut penulis dan rekan-rekan dengan baik dan memberikan data 8355 dari sekolah kepada penulis. Segera penulis dan rekan penulis membagi tugas untuk mengecek data yang diberikan dari Teach For Indonesia dengan data yang baru saja diberikan dari sekolah. Setelah data yang dicek selesai, diketahui bahwa terdapat 1 data yang berbeda. Penulis dan rekan-rekan menanyakan alasan terjadinya perbedaan data tersebut kepada pihak sekolah, dan pihak sekolah memberikan jawaban bahwa pernah terdapat siswa yang mengundurkan diri dari sekolah karena orang tuanya sehingga datanya ada di dinas namun tidak ada di sekolah. Dan ada juga siswa yang tidak naik kelas sehingga terdapat data yang ada di sekolah namun tidak ada di dinas. Karena 2 kasus ini, jumlah data yang ada di dinas dan di sekolah sama namun dengan 1 data berbeda. Selain melakukan verifikasi 8355, penulis juga melakukan validasi pendidikan yang ditanyakan kepada operator sekolah juga.
Sebelum penulis dan rekan-rekan berpamitan untuk pulang, penulis meminta pihak sekolah untuk memberikan evaluasi kegiatan yang telah penulis lakukan. Setelah form evaluasi diisi, penulis mengajak Kepala Sekolah dan Kepala TU untuk berfoto bersama sebagai dokumentasi kegiatan. Setelah itu, penulis dan rekan-rekan berpamitan dengan pihak sekolah.

b.      Kesimpulan hasil pengecekan data 8355
     Kesimpulan yang didapat dari pengecekan data 8355 adalah SMPN 66 Jakarta melakukan tugasnya dengan baik dan jujur dalam mengumpulkan data 8355 ke Dinas Pendidikan, namun pihak sekolah masih perlu meningkatkan kinerjanya dalam meng-update data yang terbaru karena terbukti terdapat perbedaan 1 data yang dikarenakan adanya siswa yang mengundurkan diri dari sekolah dan ada siswa yang tidak naik kelas. Dalam tugasnya itu, pihak sekolah telah melakukan tugasnya sesuai dengan teori-teori yang dijelaskan dalam mata kuliah Character Building : Profesional Development yaitu dalam materi teori etika dan teori kode etik profesi. Pihak sekolah telah melakukan tugasnya dengan tidak memanipulasi jumlah siswa di sekolahnya.

c.       Next to do
-         Membuat laporan kegiatan.

d.      Informasi jumlah peserta
-     Jumlah murid kelas 7 SMP yang ada di SMPN 66 Jakarta berdasarkan Form 8355 dari sekolah tersebut berjumlah 178 orang dan data dari Dinas Pendidikan juga berjumlah 178 orang. Namun terdapat siswa yang mengundurkan diri dan terdapat siswa yang tidak naik kelas, sehingga terdapat data yang berbeda.


 
Wawancara KJP Sekolah dengan Operator Sekolah

Verfikasi 8355 dan pengisian Form Evaluasi
Validasi Pendidikan


FORM EVALUASI


Pendataan dan Validasi Realisasi Kartu Jakarta Pintar di SDN Jatipulo 05 Pagi

Pendataan dan Validasi Realisasi Kartu Jakarta Pintar di SDN Jatipulo 05 Pagi
Dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama
Teach For Indonesia




Kelas   : LA01
Dosen  : D3324 Silverius Constantino Johanes Maria Lake, M.Hum.
Waktu : Selasa, 8 Desember 2015
Pukul   : 07.30 – 10.30 WIB
Lokasi : SDN Jati Pulo 05 PG

Tim yang hadir:
Ketua  : Linda, Ong / 1701313870
Anggota:
1. Erwin Siswanto / 1701315125
2. Go, Michael Christandi B. / 1701309500
3. Ice Suryadi / 1701314210
4. Stevanus Haryono / 1701359360
5. Alvin Christianto Hadi / 1701314816
6. Jessica Setyani Wiwoho / 1701309740
7. Herman / 1701360381

Tim yang tidak hadir: -

Foto bersama Ibu Kepala Sekolah
Stevanus-Herman-Go, Michael-Linda-Ice-Jessica-Erwin-Alvin


ISI
a. Teori mata kuliah Character Building yang diajarkan di kelas
            Bertens (1997:6) mengemukakan bahwa etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Berikut merupakan perbedaan antara etika dan etiket:
  • Etiket berkenaan dnegan cara suatu perbuatan dilakukan, sedangkan etika berhubungan dengan masalah apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan. Contoh etiket adalah cara menyajikan makanan, cara makan, cara berbicara, dll. Contoh etika adalah tidak boleh menyajikan makanan yang sudah kadaluarsa, tidak makan makanan orang lain, dll.
  • Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika berlaku baik ada orang lain maupun tidak.
  • Etiket bersifat relatif-partikular, berlaku berbeda dari satu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Sedangkan etika bersifat absolute-universal.
  • Etiket mengatur perilaku manusia secara lahiriah, seperti bagaimana berpenampilan di depan umum. Sedangkan etika lebih menyangkut penampilan rohaniah atau batiniah.


            Berikut merupakan beberapa teori etika :
  • Utilitarianisme. Suatu perbuatan dapat dikategorikan baik secara etis, bila perbuatan tersebut membawa manfaat.
  • Duty-based ethics. Suatu perbuatan diakui sebagai perbuatan baik menurut eetika deontology karena perbuatan tersebut diwajibkan untuk dilakukan, dan perbuatan yang lainnya dilarang.
  • Teori hak. Tindakan yang etis merupakan bentuk kesadaran yang dimiliki oleh seseorang bahwa tiap individu memiliki hak yang sama.
  • Teori Keutamaan. Teori keutamaan memperhatikan sikap atau akhlak seseorang, watak yang diperoleh seseorang memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Bertens menyimpulkan bahwa seseorang adalah orang baik, jika ia memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan.


       Menurut Bertens, kelompok profesi selalu memiliki kemungkinan untuk menyalahgunakannya, oleh sebab itu diperlukan kode etik. Kode etik profesi berfungsi untuk mengatur perilaku para anggota seprofesi serta memelihara kepercayaan masyarakat. Kode etik profesi pada dasarnya merupakan salah satu produk etika terapan. Profesi merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber utama nafkah hidup, dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam. Sedangkan orang yang bekerja berdasarkan cirri-ciri profesi tersebut disebut professional. 
Menurut Koehn, ada 5 ciri yang harus dipenuhi oleh para professional :
  • Para professional adalah orang yang mendapat ijin dari negara untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
  • Menjadi anggota organisasi pelaku-pelaku yang sama-sama mempunyai hak suara dan menyebarluaskan standard dan/atau cita-cita perilaku dan yang saling mendisiplinkan karena melanggar standar itu.
  • Memiliki pengetahuan atau kecakapakn “esoteric” yang tidak dimiliki oleh anggota-anggota masyarakat yang lain.
  • Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaan mereka, dan pekerjaan itu tidak amat dimengerti oleh masyarakat yang lebih luas.
  • Secara public dimuka umum yang mengucapkan janji untuk memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan dan akibatnya mempunyai tanggung jawab dan tugas khusus.


            Keraf (2005:36), Gea dan Wulandari mengemukakan bahwa profesi memiliki ciri-ciri:
            - Adanya pengetahuan khusus.
            - Adanya kaidah dan standar moral yang tinggi.
            - Para professional mengabdi pada kepentingan masyarakat.
            - Memerlukan ijin khusus.
            - Menjadi anggota dari suatu organisasi tertentu.

b. Persiapan dan pembelajaran yang diterapkan dari materi yang diterima di kelas.
            Persiapan yang dilakukan:
  •           Meminta izin dan menanyakan apakah Kepala Sekolah berada di tempat dengan cara menelpon ke sekolah tersebut.
  •           Menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan seperti formulir wawancara KJP siswa sebanyak 30 lembar, formulir wawancara KJP sekolah, formulir validasi pendidikan dan formulir evaluasi kegiatan.
  •           Berkumpul di Indomaret Point pukul 07.00.


Pembelajaran yang diterapkan dari materi yang diterima di kelas:
  •    Sebagai seorang yang beretika dan seorang yang memiliki peran dan profesi di masyarakat, sudah selayaknya seorang karyawan, dalam hal ini subjek adalah guru dan operator sekolah, untuk melaksanakan tugasnya dengan benar dan secara profesional.
  •     Penulis dan rekan-rekan menerapkan teori etiket di masyarakat, contoh kecilnya adalah bagiamana penulis berpenampilan dan meminta izin secara baik dan etis kepada sekolah. 


c. Metode pengajaran yang diterapkan
            Aktivitas yang dilakukan tidak berkaitan dengan metode pengajaran. Metode yang digunakan untuk wawancara 30 siswa penerima KJP yaitu masing-masing 2 orang dari rekan penulis mewawancarai satu per satu siswa penerima KJP. Kami menggunakan metode ini karena apabila wawancara dilakukan oleh satu pewawancara ke satu siswa akan sulit untuk membuat pertanyaan yang mudah dimengerti oleh siswa tersebut, sehingga diperlukan satu lagi rekan penulis untuk membantu memberikan penjelasan pertanyaan kepada siswa yang diwawancarai.
d. Bukti melakukan pengisian di google docs terhadap entry data yang didapatkan dari
     lapangan.
            Setelah melakukan wawancara KJP baik untuk sekolah maupun untuk semua murid penerima KJP, data-data yang telah didapat dimasukkan ke dalam google docs yang disediakan oleh Teach For Indonesia (TFI) sama seperti yang telah tertulis di dalam form wawancara yang didapatkan.

Pengisian data wawancara KJP ke dalam Google Docs




e. Pengukuran kinerja yang sudah dilakukan.
            Dari penilaian internal penulis dan rekan-rekan, setiap anggota sudah cukup berinisiatif dalam meminta informasi, berkomunikasi dengan pihak luar dengan sopan dan disiplin terhadap tugas masing-masing.

PENUTUP
a.       Hasil wawancara KJP Siswa dan Validasi Pendidikan
Pertama-tama, penulis dan rekan-rekan penulis berkumpul di Indomaret Point yang berlokasi di seberang Kampus Anggrek BINUS University pada pagi hari pukul 07.00 WIB. Kemudian penulis dan rekan-rekan penulis berangkat dengan menggunakan aplikasi Grab Car menuju SDN Jatipulo 05 Pagi. Setibanya di SDN Jatipulo 05 Pagi, penulis dan rekan-rekan meminta izin untuk bertemu dengan Kepala Sekolah SDN Jatipulo 05 Pagi agar mengizinkan siswa-siswi penerima KJP untuk diwawancarai oleh penulis dan rekan-rekan penulis. Ibu Kepala Sekolah pun mengizinkan dan meminta guru untuk memanggil 30 siswa penerima KJP. Penulis pun membagi kelompok menjadi masing-masing 2 orang untuk mewawancarai siswa tersebut.
Selain mewawancarai siswa penerima KJP, penulis juga mewawancarai operator sekolah yang bertanggung jawab terhadap data-data siswa KJP. Menurut penulis, operator sekolah telah melakukan tugasnya dengan sangat baik dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan jujur.
Setelah wawancara tentang data KJP, penulis melakukan wawancara untuk validasi pendidikan dan meminta evaluasi dari Kepala Sekolah tentang kegiatan yang telah penulis lakukan pada hari itu.

b.      Kesimpulan hasil wawancara KJP
Pada saat wawancara, ada beberapa anak yang kurang tahu apa itu KJP dan tidak tahu tentang bagaimana proses penerimaan KJP karena orang tua mereka yang mengurusnya. Penulis menganggap bahwa ketidaktahuan mereka tentang KJP dikarenakan umur mereka yang masih terlalu muda dan kurangnya penjelasan dari orang tua dan guru di sekolah.  

c.       Next to do
-          Mengunjungi SMP Negeri 66 untuk melakukan verifikasi data 8355.
-          Menginput hasil wawancara KJP Siswa dan Sekolah ke dalam google docs.
-          Membuat laporan kegiatan.

d.      Informasi jumlah peserta
-      Terdapat 143 peserta KJP di sekolah tetapi yang tercatat di sekolah hanya 141 peserta dan mewawancarai 30 siswa penerima KJP. Penulis dan rekan-rekan tidak mendapatkan informasi yang jelas dari operator sekolah atas 2 peserta KJP yang tidak tercatat di sekolah.

Wawancara KJP Sekolah dengan Operator Sekolah


Wawancara KJP Siswa





Validasi Pendidikan


FORM EVALUASI


Sabtu, 05 Desember 2015

Pendataan dan Validasi Realisasi Kartu Jakarta Pintar di SMPN 66 Jakarta

Pendataan dan Validasi Realisasi Kartu Jakarta Pintar di SMPN 66 Jakarta
Dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama
Teach For Indonesia




Kelas   : LA01
Dosen  : D3324 Silverius Constantino Johanes Maria Lake, M.Hum.
Waktu : Kamis, 3 Desember 2015
Pukul   : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : SMPN 66 Jakarta

Tim yang hadir:
Ketua  : Linda, Ong / 1701313870
Anggota:
1. Erwin Siswanto / 1701315125
2. Go, Michael Christandi B. / 1701309500
3. Ice Suryadi / 1701314210
4. Stevanus Haryono / 1701359360
5. Alvin Christianto Hadi / 1701314816
6. Jessica Setyani Wiwoho / 1701309740


Tim yang tidak hadir: Herman / 1701360381 (Mengikuti Pelatihan ke Jatiluhur)

Foto bersama Kepala Tata Usaha
Stevanus-Erwin-Go, Michael-Linda-Ice-Jessica-Alvin


ISI
a. Teori mata kuliah Character Building yang diajarkan di kelas
            Bertens (1997:6) mengemukakan bahwa etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Berikut merupakan perbedaan antara etika dan etiket:
  • Etiket berkenaan dnegan cara suatu perbuatan dilakukan, sedangkan etika berhubungan dengan masalah apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan. Contoh etiket adalah cara menyajikan makanan, cara makan, cara berbicara, dll. Contoh etika adalah tidak boleh menyajikan makanan yang sudah kadaluarsa, tidak makan makanan orang lain, dll.
  • Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika berlaku baik ada orang lain maupun tidak.
  • Etiket bersifat relatif-partikular, berlaku berbeda dari satu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Sedangkan etika bersifat absolute-universal.
  • Etiket mengatur perilaku manusia secara lahiriah, seperti bagaimana berpenampilan di depan umum. Sedangkan etika lebih menyangkut penampilan rohaniah atau batiniah.

            Berikut merupakan beberapa teori etika :
  • Utilitarianisme. Suatu perbuatan dapat dikategorikan baik secara etis, bila perbuatan tersebut membawa manfaat.
  • Duty-based ethics. Suatu perbuatan diakui sebagai perbuatan baik menurut eetika deontology karena perbuatan tersebut diwajibkan untuk dilakukan, dan perbuatan yang lainnya dilarang.
  • Teori hak. Tindakan yang etis merupakan bentuk kesadaran yang dimiliki oleh seseorang bahwa tiap individu memiliki hak yang sama.
  • Teori Keutamaan. Teori keutamaan memperhatikan sikap atau akhlak seseorang, watak yang diperoleh seseorang memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Bertens menyimpulkan bahwa seseorang adalah orang baik, jika ia memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan.


    Menurut Bertens, kelompok profesi selalu memiliki kemungkinan untuk menyalahgunakannya, oleh sebab itu diperlukan kode etik. Kode etik profesi berfungsi untuk mengatur perilaku para anggota seprofesi serta memelihara kepercayaan masyarakat. Kode etik profesi pada dasarnya merupakan salah satu produk etika terapan. Profesi merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber utama nafkah hidup, dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam. Sedangkan orang yang bekerja berdasarkan cirri-ciri profesi tersebut disebut professional. Menurut 

Koehn, ada 5 ciri yang harus dipenuhi oleh para professional :
  • Para professional adalah orang yang mendapat ijin dari negara untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
  • Menjadi anggota organisasi pelaku-pelaku yang sama-sama mempunyai hak suara dan menyebarluaskan standard dan/atau cita-cita perilaku dan yang saling mendisiplinkan karena melanggar standar itu.
  • Memiliki pengetahuan atau kecakapakn “esoteric” yang tidak dimiliki oleh anggota-anggota masyarakat yang lain.
  • Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaan mereka, dan pekerjaan itu tidak amat dimengerti oleh masyarakat yang lebih luas.
  • Secara public dimuka umum yang mengucapkan janji untuk memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan dan akibatnya mempunyai tanggung jawab dan tugas khusus.

            Keraf (2005:36), Gea dan Wulandari mengemukakan bahwa profesi memiliki ciri-ciri:
            - Adanya pengetahuan khusus.
            - Adanya kaidah dan standar moral yang tinggi.
            - Para professional mengabdi pada kepentingan masyarakat.
            - Memerlukan ijin khusus.
            - Menjadi anggota dari suatu organisasi tertentu.

b. Persiapan dan pembelajaran yang diterapkan dari materi yang diterima di kelas.
            Persiapan yang dilakukan:
  • Meminta izin dan menanyakan apakah Kepala Sekolah berada di tempat dengan cara menelpon ke sekolah tersebut.
  •  Menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan seperti formulir wawancara KJP siswa sebanyak 30 lembar, formulir wawancara KJP sekolah.
  •  Berkumpul di Indomaret Point pukul 07.30.


Pembelajaran yang diterapkan dari materi yang diterima di kelas:
-   Sebagai seorang yang beretika dan seorang yang memiliki peran dan profesi di masyarakat, sudah selayaknya seorang karyawan, dalam hal ini subjek adalah guru dan operator sekolah, untuk melaksanakan tugasnya dengan benar dan secara profesional.
-   Penulis dan rekan-rekan menerapkan teori etiket di masyarakat, contoh kecilnya adalah bagiamana penulis berpenampilan dan meminta izin secara baik dan etis kepada sekolah. 

c. Metode pengajaran yang diterapkan
            Aktivitas yang dilakukan tidak berkaitan dengan metode pengajaran. Metode yang digunakan untuk wawancara 30 siswa penerima KJP yaitu masing-masing 2 orang dari rekan penulis mewawancarai dua siswa penerima KJP. Kami menggunakan metode ini supaya menghemat waktu wawancara. Selain itu penulis dan rekan-rekan dapat saling membantu satu sama lain ketika memberikan pertanyaan kepada peserta supaya tidak ada pertanyaan yang terlewatkan.

d. Bukti melakukan pengisian di google docs terhadap entry data yang didapatkan dari
     lapangan.
            Setelah melakukan wawancara KJP baik untuk sekolah maupun untuk semua murid penerima KJP, data-data yang telah didapat dimasukkan ke dalam google docs yang disediakan oleh Teach For Indonesia (TFI) sama seperti yang telah tertulis di dalam form wawancara yang didapatkan.

Pengisian KJP ke dalam Google Docs


e. Pengukuran kinerja yang sudah dilakukan.
            Dari penilaian internal penulis dan rekan-rekan, setiap anggota sudah cukup berinisiatif dalam meminta informasi, berkomunikasi dengan pihak luar dengan sopan dan disiplin terhadap tugas masing-masing.

Penutup
a.       Hasil wawancara KJP Siswa
Pertama-tama, penulis dan rekan-rekan penulis berkumpul di Indomaret Point yang berlokasi di seberang Kampus Anggrek BINUS University pada pagi hari pukul 07.30 WIB. Kemudian penulis dan rekan-rekan penulis berangkat dengan menggunakan aplikasi Grab Car menuju SMPN 66 Jakarta. Setibanya di SMPN 66 Jakarta, penulis dan rekan-rekan meminta izin untuk bertemu dengan Kepala Sekolah SMPN 66 Jakarta agar mengizinkan siswa-siswi penerima KJP untuk diwawancarai oleh penulis dan rekan-rekan penulis, namun penulis dan rekan-rekan tidak bertemu dengan Kepala Sekolah melainkan bertemu dengan Kepala TU. Kepala TU selaku yang berwenang saat itu pun mengizinkan dan memanggil 30 siswa penerima KJP. Penulis pun membagi kelompok menjadi masing-masing 2 orang untuk mewawancarai 2 siswa.
Selain mewawancarai siswa penerima KJP, penulis juga meminta izin untuk mewawancarai operator sekolah yang bertanggung jawab terhadap data-data siswa KJP. Namun pada saat itu operator sekolah sedang mengikuti pelatihan di luar sehingga penulis dan rekan-rekan berencana untuk melanjutkan kegiatan di kunjungan yang berikutnya.

b.      Kesimpulan hasil wawancara KJP
Pada saat wawancara, rata-rata anak penerima KJP sudah mengetahui apa itu KJP namun mereka tidak memperhatikan secara jelas kapan saja tanggal penting terkait penggunan KJP karena sosialisasi yang diberikan sudah lewat lama dan mayoritas penerima KJP bukan penerima KJP yang baru. Penulis berkesimpulan bahwa ketidaktahuan tanggal penting penggunaan KJP dikarenakan kurangnya sosialisasi dari sekolah seputar KJP kepada anak-anak penerima KJP. 

c.       Next to do
  •   Mengunjungi SMP Negeri 66 untuk melakukan verifikasi data 8355 dan Mengunjungi SD Jatipulo 05 Pagi untuk melakukan wawancara KJP.
  •  Menginput hasil wawancara KJP Siswa ke dalam google docs.
  •   Membuat laporan kegiatan.


d.      Informasi jumlah peserta
  •  Jumlah peserta KJP yang diberikan oleh Sekolah yaitu 77 anak sedangkan yang diberikan oleh Teach For Indonesia yaitu 120 anak.
  •  Terdapat kesalahan input data jumlah peserta oleh penulis yaitu 154 anak yang seharusnya 77 anak. Kesalahan input data dikarenakan ketika penulis membaca data yang diinput, data tertampilkan dua halaman.

 Dokumentasi saat melakukan wawancara KJP kepada murid