Pendataan dan Validasi Realisasi Kartu Jakarta Pintar
di SDN Jatipulo 05 Pagi
Dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama
Teach For Indonesia
Kelas : LA01
Dosen : D3324 Silverius Constantino Johanes Maria
Lake, M.Hum.
Waktu : Selasa, 8 Desember 2015
Pukul : 07.30 – 10.30 WIB
Lokasi
: SDN Jati Pulo 05 PG
Tim
yang hadir:
Ketua : Linda, Ong / 1701313870
Anggota:
1.
Erwin Siswanto / 1701315125
2.
Go, Michael Christandi B. / 1701309500
3.
Ice Suryadi / 1701314210
4.
Stevanus Haryono / 1701359360
5.
Alvin Christianto Hadi / 1701314816
6.
Jessica Setyani Wiwoho / 1701309740
7.
Herman / 1701360381
Tim
yang tidak hadir: -
![]() |
Foto bersama Ibu Kepala Sekolah Stevanus-Herman-Go, Michael-Linda-Ice-Jessica-Erwin-Alvin |
ISI
a.
Teori mata kuliah Character Building yang diajarkan di kelas
Bertens (1997:6) mengemukakan bahwa
etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Berikut
merupakan perbedaan antara etika dan etiket:
- Etiket berkenaan dnegan cara suatu perbuatan dilakukan, sedangkan etika berhubungan dengan masalah apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan. Contoh etiket adalah cara menyajikan makanan, cara makan, cara berbicara, dll. Contoh etika adalah tidak boleh menyajikan makanan yang sudah kadaluarsa, tidak makan makanan orang lain, dll.
- Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika berlaku baik ada orang lain maupun tidak.
- Etiket bersifat relatif-partikular, berlaku berbeda dari satu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Sedangkan etika bersifat absolute-universal.
- Etiket mengatur perilaku manusia secara lahiriah, seperti bagaimana berpenampilan di depan umum. Sedangkan etika lebih menyangkut penampilan rohaniah atau batiniah.
Berikut merupakan beberapa teori
etika :
- Utilitarianisme. Suatu perbuatan dapat dikategorikan baik secara etis, bila perbuatan tersebut membawa manfaat.
- Duty-based ethics. Suatu perbuatan diakui sebagai perbuatan baik menurut eetika deontology karena perbuatan tersebut diwajibkan untuk dilakukan, dan perbuatan yang lainnya dilarang.
- Teori hak. Tindakan yang etis merupakan bentuk kesadaran yang dimiliki oleh seseorang bahwa tiap individu memiliki hak yang sama.
- Teori Keutamaan. Teori keutamaan memperhatikan sikap atau akhlak seseorang, watak yang diperoleh seseorang memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Bertens menyimpulkan bahwa seseorang adalah orang baik, jika ia memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan.
Menurut Bertens, kelompok profesi
selalu memiliki kemungkinan untuk menyalahgunakannya, oleh sebab itu diperlukan
kode etik. Kode etik profesi berfungsi untuk mengatur perilaku para anggota
seprofesi serta memelihara kepercayaan masyarakat. Kode etik profesi pada dasarnya
merupakan salah satu produk etika terapan. Profesi merupakan pekerjaan yang
dilakukan sebagai sumber utama nafkah hidup, dan dilaksanakan dengan
keterlibatan pribadi yang mendalam. Sedangkan orang yang bekerja berdasarkan
cirri-ciri profesi tersebut disebut professional.
Menurut Koehn, ada 5 ciri
yang harus dipenuhi oleh para professional :
- Para professional adalah orang yang mendapat ijin dari negara untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
- Menjadi anggota organisasi pelaku-pelaku yang sama-sama mempunyai hak suara dan menyebarluaskan standard dan/atau cita-cita perilaku dan yang saling mendisiplinkan karena melanggar standar itu.
- Memiliki pengetahuan atau kecakapakn “esoteric” yang tidak dimiliki oleh anggota-anggota masyarakat yang lain.
- Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaan mereka, dan pekerjaan itu tidak amat dimengerti oleh masyarakat yang lebih luas.
- Secara public dimuka umum yang mengucapkan janji untuk memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan dan akibatnya mempunyai tanggung jawab dan tugas khusus.
Keraf (2005:36), Gea dan Wulandari
mengemukakan bahwa profesi memiliki ciri-ciri:
- Adanya pengetahuan khusus.
- Adanya kaidah dan standar moral
yang tinggi.
- Para professional mengabdi pada
kepentingan masyarakat.
- Memerlukan ijin khusus.
- Menjadi anggota dari suatu
organisasi tertentu.
b.
Persiapan dan pembelajaran yang diterapkan dari materi yang diterima di kelas.
Persiapan yang dilakukan:
- Meminta izin dan menanyakan apakah Kepala Sekolah berada di tempat dengan cara menelpon ke sekolah tersebut.
- Menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan seperti formulir wawancara KJP siswa sebanyak 30 lembar, formulir wawancara KJP sekolah, formulir validasi pendidikan dan formulir evaluasi kegiatan.
- Berkumpul di Indomaret Point pukul 07.00.
Pembelajaran yang diterapkan dari materi yang diterima
di kelas:
- Sebagai seorang yang beretika dan seorang yang memiliki peran dan profesi di masyarakat, sudah selayaknya seorang karyawan, dalam hal ini subjek adalah guru dan operator sekolah, untuk melaksanakan tugasnya dengan benar dan secara profesional.
- Penulis dan rekan-rekan menerapkan teori etiket di masyarakat, contoh kecilnya adalah bagiamana penulis berpenampilan dan meminta izin secara baik dan etis kepada sekolah.
c.
Metode pengajaran yang diterapkan
Aktivitas yang dilakukan tidak
berkaitan dengan metode pengajaran. Metode yang digunakan untuk wawancara 30
siswa penerima KJP yaitu masing-masing 2 orang dari rekan penulis mewawancarai
satu per satu siswa penerima KJP. Kami menggunakan metode ini karena apabila
wawancara dilakukan oleh satu pewawancara ke satu siswa akan sulit untuk
membuat pertanyaan yang mudah dimengerti oleh siswa tersebut, sehingga
diperlukan satu lagi rekan penulis untuk membantu memberikan penjelasan pertanyaan
kepada siswa yang diwawancarai.
d.
Bukti melakukan pengisian di google docs terhadap entry data yang didapatkan
dari
lapangan.
lapangan.
Setelah melakukan wawancara KJP baik
untuk sekolah maupun untuk semua murid penerima KJP, data-data yang telah
didapat dimasukkan ke dalam google docs yang disediakan oleh Teach For
Indonesia (TFI) sama seperti yang telah tertulis di dalam form wawancara yang
didapatkan.
Pengisian data wawancara KJP ke dalam Google Docs
e.
Pengukuran kinerja yang sudah dilakukan.
Dari penilaian internal penulis dan
rekan-rekan, setiap anggota sudah cukup berinisiatif dalam meminta informasi,
berkomunikasi dengan pihak luar dengan sopan dan disiplin terhadap tugas
masing-masing.
PENUTUP
a. Hasil wawancara KJP Siswa dan Validasi Pendidikan
Pertama-tama, penulis dan rekan-rekan penulis
berkumpul di Indomaret Point yang berlokasi di seberang Kampus Anggrek BINUS University
pada pagi hari pukul 07.00 WIB. Kemudian penulis dan rekan-rekan penulis
berangkat dengan menggunakan aplikasi Grab Car menuju SDN Jatipulo 05 Pagi.
Setibanya di SDN Jatipulo 05 Pagi, penulis dan rekan-rekan meminta izin untuk
bertemu dengan Kepala Sekolah SDN Jatipulo 05 Pagi agar mengizinkan siswa-siswi
penerima KJP untuk diwawancarai oleh penulis dan rekan-rekan penulis. Ibu
Kepala Sekolah pun mengizinkan dan meminta guru untuk memanggil 30 siswa
penerima KJP. Penulis pun membagi kelompok menjadi masing-masing 2 orang untuk
mewawancarai siswa tersebut.
Selain mewawancarai siswa penerima KJP, penulis juga
mewawancarai operator sekolah yang bertanggung jawab terhadap data-data siswa
KJP. Menurut penulis, operator sekolah telah melakukan tugasnya dengan sangat
baik dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan dengan jujur.
Setelah wawancara tentang data KJP, penulis melakukan wawancara
untuk validasi pendidikan dan meminta evaluasi dari Kepala Sekolah tentang
kegiatan yang telah penulis lakukan pada hari itu.
b. Kesimpulan hasil wawancara KJP
Pada saat wawancara, ada beberapa anak yang kurang
tahu apa itu KJP dan tidak tahu tentang bagaimana proses penerimaan KJP karena
orang tua mereka yang mengurusnya. Penulis menganggap bahwa ketidaktahuan
mereka tentang KJP dikarenakan umur mereka yang masih terlalu muda dan
kurangnya penjelasan dari orang tua dan guru di sekolah.
c. Next to do
-
Mengunjungi SMP
Negeri 66 untuk melakukan verifikasi data 8355.
-
Menginput hasil
wawancara KJP Siswa dan Sekolah ke dalam google docs.
-
Membuat laporan
kegiatan.
d. Informasi jumlah peserta
- Terdapat 143
peserta KJP di sekolah tetapi yang tercatat di sekolah hanya 141 peserta dan
mewawancarai 30 siswa penerima KJP. Penulis dan rekan-rekan tidak mendapatkan
informasi yang jelas dari operator sekolah atas 2 peserta KJP yang tidak
tercatat di sekolah.
Wawancara KJP Sekolah dengan Operator Sekolah
Wawancara KJP Siswa
FORM EVALUASI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar