Sabtu, 05 Desember 2015

Pendataan dan Validasi Realisasi Kartu Jakarta Pintar di SMPN 66 Jakarta

Pendataan dan Validasi Realisasi Kartu Jakarta Pintar di SMPN 66 Jakarta
Dalam Penerapan Mata Kuliah Character Building bersama
Teach For Indonesia




Kelas   : LA01
Dosen  : D3324 Silverius Constantino Johanes Maria Lake, M.Hum.
Waktu : Kamis, 3 Desember 2015
Pukul   : 08.00 – 11.00 WIB
Lokasi : SMPN 66 Jakarta

Tim yang hadir:
Ketua  : Linda, Ong / 1701313870
Anggota:
1. Erwin Siswanto / 1701315125
2. Go, Michael Christandi B. / 1701309500
3. Ice Suryadi / 1701314210
4. Stevanus Haryono / 1701359360
5. Alvin Christianto Hadi / 1701314816
6. Jessica Setyani Wiwoho / 1701309740


Tim yang tidak hadir: Herman / 1701360381 (Mengikuti Pelatihan ke Jatiluhur)

Foto bersama Kepala Tata Usaha
Stevanus-Erwin-Go, Michael-Linda-Ice-Jessica-Alvin


ISI
a. Teori mata kuliah Character Building yang diajarkan di kelas
            Bertens (1997:6) mengemukakan bahwa etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur tingkah lakunya. Berikut merupakan perbedaan antara etika dan etiket:
  • Etiket berkenaan dnegan cara suatu perbuatan dilakukan, sedangkan etika berhubungan dengan masalah apakah suatu perbuatan boleh atau tidak boleh dilakukan. Contoh etiket adalah cara menyajikan makanan, cara makan, cara berbicara, dll. Contoh etika adalah tidak boleh menyajikan makanan yang sudah kadaluarsa, tidak makan makanan orang lain, dll.
  • Etiket hanya berlaku dalam pergaulan, sedangkan etika berlaku baik ada orang lain maupun tidak.
  • Etiket bersifat relatif-partikular, berlaku berbeda dari satu kelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lainnya. Sedangkan etika bersifat absolute-universal.
  • Etiket mengatur perilaku manusia secara lahiriah, seperti bagaimana berpenampilan di depan umum. Sedangkan etika lebih menyangkut penampilan rohaniah atau batiniah.

            Berikut merupakan beberapa teori etika :
  • Utilitarianisme. Suatu perbuatan dapat dikategorikan baik secara etis, bila perbuatan tersebut membawa manfaat.
  • Duty-based ethics. Suatu perbuatan diakui sebagai perbuatan baik menurut eetika deontology karena perbuatan tersebut diwajibkan untuk dilakukan, dan perbuatan yang lainnya dilarang.
  • Teori hak. Tindakan yang etis merupakan bentuk kesadaran yang dimiliki oleh seseorang bahwa tiap individu memiliki hak yang sama.
  • Teori Keutamaan. Teori keutamaan memperhatikan sikap atau akhlak seseorang, watak yang diperoleh seseorang memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik secara moral. Bertens menyimpulkan bahwa seseorang adalah orang baik, jika ia memiliki keutamaan. Hidup yang baik adalah hidup menurut keutamaan.


    Menurut Bertens, kelompok profesi selalu memiliki kemungkinan untuk menyalahgunakannya, oleh sebab itu diperlukan kode etik. Kode etik profesi berfungsi untuk mengatur perilaku para anggota seprofesi serta memelihara kepercayaan masyarakat. Kode etik profesi pada dasarnya merupakan salah satu produk etika terapan. Profesi merupakan pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber utama nafkah hidup, dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam. Sedangkan orang yang bekerja berdasarkan cirri-ciri profesi tersebut disebut professional. Menurut 

Koehn, ada 5 ciri yang harus dipenuhi oleh para professional :
  • Para professional adalah orang yang mendapat ijin dari negara untuk melakukan suatu tindakan tertentu.
  • Menjadi anggota organisasi pelaku-pelaku yang sama-sama mempunyai hak suara dan menyebarluaskan standard dan/atau cita-cita perilaku dan yang saling mendisiplinkan karena melanggar standar itu.
  • Memiliki pengetahuan atau kecakapakn “esoteric” yang tidak dimiliki oleh anggota-anggota masyarakat yang lain.
  • Memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaan mereka, dan pekerjaan itu tidak amat dimengerti oleh masyarakat yang lebih luas.
  • Secara public dimuka umum yang mengucapkan janji untuk memberi bantuan kepada mereka yang membutuhkan dan akibatnya mempunyai tanggung jawab dan tugas khusus.

            Keraf (2005:36), Gea dan Wulandari mengemukakan bahwa profesi memiliki ciri-ciri:
            - Adanya pengetahuan khusus.
            - Adanya kaidah dan standar moral yang tinggi.
            - Para professional mengabdi pada kepentingan masyarakat.
            - Memerlukan ijin khusus.
            - Menjadi anggota dari suatu organisasi tertentu.

b. Persiapan dan pembelajaran yang diterapkan dari materi yang diterima di kelas.
            Persiapan yang dilakukan:
  • Meminta izin dan menanyakan apakah Kepala Sekolah berada di tempat dengan cara menelpon ke sekolah tersebut.
  •  Menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan seperti formulir wawancara KJP siswa sebanyak 30 lembar, formulir wawancara KJP sekolah.
  •  Berkumpul di Indomaret Point pukul 07.30.


Pembelajaran yang diterapkan dari materi yang diterima di kelas:
-   Sebagai seorang yang beretika dan seorang yang memiliki peran dan profesi di masyarakat, sudah selayaknya seorang karyawan, dalam hal ini subjek adalah guru dan operator sekolah, untuk melaksanakan tugasnya dengan benar dan secara profesional.
-   Penulis dan rekan-rekan menerapkan teori etiket di masyarakat, contoh kecilnya adalah bagiamana penulis berpenampilan dan meminta izin secara baik dan etis kepada sekolah. 

c. Metode pengajaran yang diterapkan
            Aktivitas yang dilakukan tidak berkaitan dengan metode pengajaran. Metode yang digunakan untuk wawancara 30 siswa penerima KJP yaitu masing-masing 2 orang dari rekan penulis mewawancarai dua siswa penerima KJP. Kami menggunakan metode ini supaya menghemat waktu wawancara. Selain itu penulis dan rekan-rekan dapat saling membantu satu sama lain ketika memberikan pertanyaan kepada peserta supaya tidak ada pertanyaan yang terlewatkan.

d. Bukti melakukan pengisian di google docs terhadap entry data yang didapatkan dari
     lapangan.
            Setelah melakukan wawancara KJP baik untuk sekolah maupun untuk semua murid penerima KJP, data-data yang telah didapat dimasukkan ke dalam google docs yang disediakan oleh Teach For Indonesia (TFI) sama seperti yang telah tertulis di dalam form wawancara yang didapatkan.

Pengisian KJP ke dalam Google Docs


e. Pengukuran kinerja yang sudah dilakukan.
            Dari penilaian internal penulis dan rekan-rekan, setiap anggota sudah cukup berinisiatif dalam meminta informasi, berkomunikasi dengan pihak luar dengan sopan dan disiplin terhadap tugas masing-masing.

Penutup
a.       Hasil wawancara KJP Siswa
Pertama-tama, penulis dan rekan-rekan penulis berkumpul di Indomaret Point yang berlokasi di seberang Kampus Anggrek BINUS University pada pagi hari pukul 07.30 WIB. Kemudian penulis dan rekan-rekan penulis berangkat dengan menggunakan aplikasi Grab Car menuju SMPN 66 Jakarta. Setibanya di SMPN 66 Jakarta, penulis dan rekan-rekan meminta izin untuk bertemu dengan Kepala Sekolah SMPN 66 Jakarta agar mengizinkan siswa-siswi penerima KJP untuk diwawancarai oleh penulis dan rekan-rekan penulis, namun penulis dan rekan-rekan tidak bertemu dengan Kepala Sekolah melainkan bertemu dengan Kepala TU. Kepala TU selaku yang berwenang saat itu pun mengizinkan dan memanggil 30 siswa penerima KJP. Penulis pun membagi kelompok menjadi masing-masing 2 orang untuk mewawancarai 2 siswa.
Selain mewawancarai siswa penerima KJP, penulis juga meminta izin untuk mewawancarai operator sekolah yang bertanggung jawab terhadap data-data siswa KJP. Namun pada saat itu operator sekolah sedang mengikuti pelatihan di luar sehingga penulis dan rekan-rekan berencana untuk melanjutkan kegiatan di kunjungan yang berikutnya.

b.      Kesimpulan hasil wawancara KJP
Pada saat wawancara, rata-rata anak penerima KJP sudah mengetahui apa itu KJP namun mereka tidak memperhatikan secara jelas kapan saja tanggal penting terkait penggunan KJP karena sosialisasi yang diberikan sudah lewat lama dan mayoritas penerima KJP bukan penerima KJP yang baru. Penulis berkesimpulan bahwa ketidaktahuan tanggal penting penggunaan KJP dikarenakan kurangnya sosialisasi dari sekolah seputar KJP kepada anak-anak penerima KJP. 

c.       Next to do
  •   Mengunjungi SMP Negeri 66 untuk melakukan verifikasi data 8355 dan Mengunjungi SD Jatipulo 05 Pagi untuk melakukan wawancara KJP.
  •  Menginput hasil wawancara KJP Siswa ke dalam google docs.
  •   Membuat laporan kegiatan.


d.      Informasi jumlah peserta
  •  Jumlah peserta KJP yang diberikan oleh Sekolah yaitu 77 anak sedangkan yang diberikan oleh Teach For Indonesia yaitu 120 anak.
  •  Terdapat kesalahan input data jumlah peserta oleh penulis yaitu 154 anak yang seharusnya 77 anak. Kesalahan input data dikarenakan ketika penulis membaca data yang diinput, data tertampilkan dua halaman.

 Dokumentasi saat melakukan wawancara KJP kepada murid









Tidak ada komentar:

Posting Komentar